MUARA ENIM – Sebuah tradisi peninggalan nenek moyang yang masih dilestarikan setiap memasuki Hari Raya Idul Fitri di hari kedua dan ketiga, ribuan warga Desa Kepur Kecamatan Kota Kabupaten Muara Enim memadati Tempat Pemakaman Umum (TPU) untuk melakukan ritual pembersihan dan ziarah kepada arwah-arwah sekaligus sebagai ajang silaturahmi dengan sesama warga lainnya.
Pantauan Kabarmuaraenim.com, Selasa (26/06/2017), terlihat masyarakat Desa Kepur sejak pagi hingga menjelang sore terus berdatangan memadati TPU atau yang di sebut kuburan dari yang tua, remaja, dewasa hingga anak-anak laki-laki dan perempuan berduyun-duyun menuju tempat peristirahatan terakhir yang berada di seberang desa setempat.
Ritual ini pada umumnya masyarakat Muara Enim mendatangi kuburan dilakukan menjelang bulan ramadhan, namun kebiasaan masyarakat Desa Kepur dilakukan sesudah shalat idul fitri, kebiasaan ini telah menjadi tradisi wisata religi peninggalan nenek moyang yang masih tetap di lestarikan.
Kedatangan warga secara beramai-ramai bertujuan untuk melakukan pembersihan, melakukan ziarah dengan membaca yasin, ayat-ayat pendek dan berdoa kepada arwah-arwah yang sudah mendahului.
Sulhayat (53), salah seorang tokoh masyarakat setempat, kepada Kabarmuaraenim.com mengatakan bahwa, ritual ziarah kubur ini sudah menjadi kebiasaan dan merupakan peninggalan nenek moyang yang masih di lestarikan.
Dikatakan Sulhayat, kedataangan masyarakat ke kuburan ini adalah untuk melakukan berbagai kegiatan diantaranya pembersihan terhadap semak-semak, memanjatkan doa kepada arwah-arwah sekaligus sebagai ajang silaturahmi bagi masyarakat setempat maupun bagi masyarakat Desa Kepur yang berada di perantauan yang kembali saat Hari Raya Idul Fitri.
“Alhamdulillah, tradisi ini terus terjaga dengan baik dari zaman dahulu sampai sekarang. Karena selain untuk membersihkan makam sanak keluarga. Juga sebagai ajang silaturahmi sesama warga Desa Kepur,” terangnya.
Senada dikatakan yang Desa Kepur lainnya Pandriadi (40), bahwa kegiatan ini juga untuk memberikan renungan kepada masyarakat yang masih hidup bahwa tempat ini merupakan kediaman yang terakhir yang akan di alami setiap insan manusia.
“Karena itu, kami berharap moment ini bisa dijadikan sarana dalam melakukan perbuatan baik dan terpuji saat di dunia sebagai bekal menuju akhirat karena akan mengalami kematian,” harapnya. (kalbadri)
No Responses