Terkendala Modal, Petani Sayur di Semende Kesulitan Kembangkan Usaha

Terkendala Modal, Petani Sayur di Semende Kesulitan Kembangkan UsahaReviewed by adminon.This Is Article AboutTerkendala Modal, Petani Sayur di Semende Kesulitan Kembangkan UsahaTampak salah seorang petani sayur di Desa Pelakat sedang panen kubis. Mereka butuh dana untuk mengembangkan usaha pertaniannya SEMENDE DARAT ULU – Para petani sayur-mayur di Semende khususnya di Desa Pelakat Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU) Kabupaten Muara Enim belum bisa maksimal dalam membuka lahan pertanian, karena masih terkendala modal untuk menggarap lahan yang lebih […]

Tampak salah seorang petani sayur di Desa Pelakat sedang panen kubis. Mereka butuh dana untuk mengembangkan usaha pertaniannya

SEMENDE DARAT ULU – Para petani sayur-mayur di Semende khususnya di Desa Pelakat Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU) Kabupaten Muara Enim belum bisa maksimal dalam membuka lahan pertanian, karena masih terkendala modal untuk menggarap lahan yang lebih luas. Karena itu mereka berharap agar pemerintah atau pihak swasta dapat memberikan bantuan modal.

Hamparan tanaman holtikultura yang di kembangkan masyarakat di Lereng Bukit Barisan di Desa Pelakat Kecamatan SDU sangat mempesona. Berbagai jenis sayuran seperti cabe, kubis, sawi daun bawang, kentang, tomat dan lainnya tumbuh subur dan bisa menghasilkan uang guna memenuhi kebutuhan keluarga.

Kondisi alam perbukitan dengan cuaca sejuk membuat berbagai tanaman yang dibudidayakan  para petani tersebut sangat menjanjikan. Namun dibalik itu semua para petani sayur tersebut belum bisa mengembangkan usahanya lebih luas karena masih minimnya modal.

Hasbullah (35), salah seorang petani setempat saat di kunjungi kabarmuaraenim.com mengatakan bahwa tanaman yang dikembangkan saat ini berupa tanamanan holtikultura tidak ada masalah baik dari mulai penanaman, pemiliharaan, masa panen maupun pemasaran.

“Untuk penanaman tidak ada masalah. Namun yang sangat kami butuhkan adalah modal, terlebih lahan yang di garap ini masih sewa pakai atau dikontrak kepada pemilik lahan,” tutur Hasbullah.

Disamping itu, terangnya, yang lebih memberatkan lagi adalah biaya untuk menggarap lahan sangat tinggi yakni sekitar Rp20 juta per hektar. Dikarenakan lahan yang dibuka tersebut dulunya merupakan lahan tidur yang masih di penuhi pepohonan dan semak-semak sehingga harus menggunakan tenaga ekstra dan modal yang banyak.

“Kita berharap kepada pemerintah atau pihak swasta kiranya dapat mencarikan solusi agar  petani sayur mayur ini dapat dibantu, baik berupa uang dengan pinjaman yang bunganya tidak terlalu tinggi maupun bantuan alat-alat pertanian seperti handtractor, semprot, obat-obatan, racun hama dan lainnya,” harapnya. (Kalbadri)

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Tinggalkan Balasan