Foto : Pj Bupati Muara Enim Dr H Nasrun Umar SH MM bersama istri saat meresmikan pelayanan CAPD di RSUD HM Rabain Muara Enim
MUARA ENIM – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) HM Rabain Muara Enim sebagai salah satu rumah sakit rujukan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan terus memberikan pelayanan terbaik seperti adanya penambahan Metode Continuous Ambilatory Peritoneal Dialysis (CAPD) kepada masyarakat seperti yang baru diresmikan PJ Bupati Muara Enim H Dr Nasrun Umar SH MM, Kamis (10/03/2022).
Metode pelayanan CAPD merupakan angin segar bagi para pasien yang ada di kabupaten Muara Enim, dikarenakan RSUD HM Rabain Muara Enim ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai salah satu rumah sakit yang ada di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) untuk melakukan pelayanan CAPD.
Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD H M Rabain Muara Enim dr Fauzi usai acara peresmian kepada sejumlah wartawan mengatakan bertepatan dengan hari ginjal sedunia, RSUD H M Rabain meresmikan Unit CAPD.
Dikatakan Fauzi, CAPD sendiri merupakan salah satu cara mencuci darah yang bisa dilakukan secara mandiri, baik di rumah kantor atau mungkin dalam perjalanan.
“CAPD ini lebih praktis dibandingkan metode biasa, selain itu memakan waktu yang lebih singkat dengan biaya yang lebih murah,” ucapnya.
Selama ini, sambung Fauzi, kita mengenal cuci darah itu dengan mesin Hemodialisa, dalam satu kali tindakan bisa memakan waktu 5 jam sedang dengan CAPD hanya butuh waktu 30 menit sekali tindakan.
CAPD ini sebenarnya, lanjut Fauzi, hemat biaya Cuci Darah hingga 60 persen.
Penderita gagal ginjal tidak bisa menolak untuk menjalani cuci darah atau hemodialisa seumur hidupnya, kecuali ada pilihan lain yaitu dengan cangkok ginjal atau mengganti ginjal yang rusak dengan ginjal yang masih sehat.
Masalahnya, untuk mencari donor ginjal di Indonesia masih sulit. Selain hemodialisa, beberapa tahun ini semakin banyak penderita gagal ginjal yang beralih ke Metode Continuous Ambilatory Peritoneal Dialysis (CAPD).
“CAPD ini lebih praktis dibandingkan metode biasa, selain itu memakan waktu yang lebih singkat dengan biaya yang lebih murah. Kalau selama ini kita mengenal cuci darah itu dengan mesin Hemodialisa, dalam satu kali tindakan bisa memakan waktu 5 jam sedang dengan CAPD hanya butuh waktu 30 menit sekali tindakan,” jelasnya.
CAPD ini sebenarnya, terang Fauzi, merupakan upaya mengatasi kekurangan mesin cuci darah yang ada di suatu daerah, seperti halnya di RS H M Rabain hanya memiliki 9 mesin cuci darah, dengan 9 mesin ini untuk melayani seluruh pasien gagal ginjal yang ada itu belum bisa terpenuhi.
Hal tersebut, katanya, dikarenakan dengan 9 mesin tersebut maksimal hanya mencukupi kebutuhan 8 pasien tiap harinya. Sedangkan daftar tunggu mereka yang akan melakukan cuci darah itu ada 30 orang.
“Dengan CAPD ini diharapkan mampu mengatasi hal tersebut, sementara jika dilihat dari hitungan BPJS, selisih antara CAPD dengan mesin cuci darah itu bisa menghemat atau selisih 60%. Untuk alat yang digunakan itu nanti dipasang di dinding perut dan itu dilakukan di RSMH Palembang,” jelasnya.
Jadi di Muara Enim ini, tambahnya, sifatnya follow up dari pasien yang sudah dipasang alat di RSMH Palembang. Pihak RS Rabain nanti akan memantau dan memberikan arahan mengenai CAPD kepada pasien sampai mereka bisa sendiri untuk melakukan CAPD selama kurang lebih 1 samai 2 bulan.
“Saat ini, sesuai dengan data, untuk wilayah Muara Enim sudah 3 orang yang melakukan CAPD, hal yang terpenting dalam CAPD ini adalah menjaga kebersihan, jadi alat yang terpasang harus selalu dalam keadaan steril dan penggantian alat itu dilakukan 6 bulan sekali,” tutupnya. (Kalbadri)
No Responses